Jumat, 23 Agustus 2019

WAFATNYA PANGLIMA BESAR

1. Kepercayaan Ummat
    ABU UBAIDAH IBNUL JARRAH #3

       Dibawah panji-panji Islam, kemana pun Abu Ubaidah pergi, ia adalah seorang prajurit dengan keutamaan dan keberanian yang melebihi seorang amir atau panglima. Sementara saat ia sebagai panglima, keikhlasan dan kerendahan hatinya menyebabkan ia terlihat tidak lebih dari seorang prajurit biasa.Tatkala Khalid bin Walid sedang memimpin tentara islam dalam salah satu pertempuran terbesar yang menentukan, tiba-tiba Amirul Mu'minin Umar memalumkan titahnya untuk mengangkat Abu Ubaidah sebagai pengganti Khalid. Maka demi diterimanya berita itu, utusan khalifah diminta untuk merahasiakan berita tersebut dari khalifah diminta untuk merahasiakan berita tersebut dari khayalak umum.Sementara Abu Ubaidah sendiri mendiamkannya dan bersikap zuhud, arif, bijaksana lagi dipercaya dengan suatu niat dan tujuan baik yaitu menunggu selesainnya panglima Khalid merebut kemenangan besar.

   Setelah Khalid bin Walid mencapai kemenangannya, barulah Abu Ubaidah menemui Khalid dengan hormat dan takdhimnya untuk menyerah surat dari Amirul Mukminin. Ketika itu Khalid bertanya kepadannya,"Semoga Allah memberi
Anda rahmat, wahai Abu Ubaidah. Apa sebabnya Anda tidak menyampaikannya kepadaku pada saat Anda baru datang?"Maka sosok kepercayaan umat itu menjawab,"Saya tidak ingin mematahkan ujung tombak Anda. Lagi pula bukan kekuasaan dunia yang kita tuju dan bukan juga untuk dunia kita beramal.kita semua bersaudara karena Allah SWT."
Demikianlah Abu Ubaidah telah menjadi panglima besar tentara islam, baik dalam luasnnya wilayah, maupun dalam perbekalan dan jumlah bilangan. Namu karena kesederhanaan dan sifat rendah hatinya segala kebesarannya itu tak tampak sehingga jika Anda melihatnya, Anda akan meyangka bahwa ia adalah seorang rajurit biasa serta pribadi dari kaum Muslimin.

   Suatu ketika, Abu Ubaidah mendengar perbincangan orang-orang Syria tentang dirinya, terutama tentang ketakjuban mereka terhadap sebutan panglima besar yang disandangnya. Tak lama setelah mendengar obrolan itu, Abu Ubaidah pun mengumpul orang-orang Syria itu dan berpidato dihadapan mereka semua."Hai umamat manusia, sesungguhnya saya adalah ini adalah seorang Muslim dari suku Quraisy. Dan siapa saja diantara kalian, baik ia berkulit merah atau hitam yang lebih bertaqwa daripadaku, hatiku ingin sekali berada dalam bimbingannya."Begitulah Ubaidah, panglima besar yaang disandangnya. Tak lama setelah mendengar obrolan itu, AbuUbaidah pun mengumpul orang-orang Syria itu dan berpidato dihadapan mereka semua."Hai ummat maunsia, sesungguhnya saya ini adalah seorang Muslim dari suku Quraisy. Dan siapa saja diantara kalian,baik ia berkulit merah atau hitam yang lebih bertaqwa dari padaku, hatiku ingin sekali berada dalam bimbingannya."Begitulah Ubaidah, panglima besar yang hanya ingin dikenal sebagai seorang Muslim dari suku Quraisy.

   Tak hanya menjadi panglima perang yang berhasil, pemimpin tentara islam yang paling banyak jumlah pasukannya dan paling menonjol keperwiraannya serta paling besar kemenangannya. Ketika menjadi wali negeri wilayah Syiria pun, Abu Ubaidah mendapatkankedudukan yang mulia. Semua kehendaknya berlaku dan apapun perintahnya ditaati. Namun semua itu tidak dapat menggoyahkan ketaqwaannya sedikit pun, dan tidak dijadikannya sebagai andalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar