Minggu, 21 Juli 2019

TAK SEKADAR ABANG BECAK MENGAJI

Malam selepas Isya' itu, ratusan aki-laki berpakaian koko dengan warna senada memenuhi salah satu gang di seputaran PasarTuri Surabaya. Mereka duduk rapi dalam kekhusyukan, sambil mengikuti tausiyah seorang ustadz yang menyampaikan materi tentang keluarga sakinah. Sesekali tawa terdengar di antara mereka, agar materi dapat dicerna tanpa kesan menggurui. 
     Majelis yang pesertannya dari kalangan Abang Becak, Pelapak Kaki Lima, Pemulung, Tukang Tambal Ban dan profesi sejenis lainnya itu adalah pengajian bulanan yang tergabung dalam Majelis Taklim Abang Becak atau biasa disebut MATABACA. Saat ini anggotannya berjumlah 4.404 orang ersebar di berbagai wilayah. Antara lain di Surabaya, Sidoarjo, Malang, Bojonegoro, Tuban, Solo dan Yogyakarta. MAYABACA merupakan program yang lahir dari keprihatinan NH atas rendahnya kondisi ekonomi dan kesadaran para abang becak dalam menuntutilmu agama dikarenakan kesibukannya mencari nafkah. Oleh karenannya selain kajian keislaman,NH juga memberikan berbagai program pemberdayaan ekonomi sebagai tawaran bagi mereka untuk
meningkatkan taraf hidupnya.
    Setelah sepuluh tahun hadir, Program MATABACA ternyata menjadi oase bagi abang becak dalam menambah ilmu agama dan harapan untuk alih profesi. Dari 4.411 anggota, yang kini masih full time berprofesi sebagai abang becak hanya 1.200 anggota. Kondisi ini mengalami pergeseran dari awal lahirnya MATABACA yang hampir seratus persenberprofesisebagai abang becak. Selain semakin dilebarkannya penerima program di luar profesi abang ecak,stimulus-stimulus permodalan menjadi penyemangat mereka memperbaiki kondisi ekonomi dengan menjadi seorang pengusaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar